Picture

SEMARANG – Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang menghadirkan Korean Festival yang melibatkan dua budaya, yakni Korea Selatan (Korsel) dan Indonesia. Festival di Kampus Unissula 4–5 Juni tersebut merupakan kerja sama antara Unissula dengan Korea International Cooperation Agency (Koica). 

Sekretaris Centre for International Language Development (Cilad) Unissula Retno Dwi Fajriati mengatakan, kebudayaan Indonesia yang ditampilkan di antaranya pencak silat dan permainan angklung. Sementara dari Korsel ada seni bela diri tae kwon do, kerajinan tangan, pakaian tradisional khas Korea, serta makanan khasnya. "Dari festival ini diperkenalkan ciri khas budaya masing-masing," ujar Retno di sela-sela festival, kemarin. 

Korea Selatan melalui Koica mengirimkan kelompok relawan ke sejumlah wilayah di Indonesia. Salah satunya dikirim di Unissula untuk mengajarkan bahasa Korea. "Relawan yang bernama Miss Byeon Hyang Min di kampus kami juga mengenalkan budaya Korea kepada mahasiswa. Festival ini merupakan salah satu small project-nya," paparnya. 

Byeon Hyang Min mengaku senang dengan kegiatan yang digelar tersebut. Di Unissula, relawan dari Koica memiliki masa bakti 2011–2013.

 
Picture

SURABAYA - Prestasi internasional diraih tiga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas. Mereka mendapatkan penghargaan sebagai periset terbaik tingkat internasional di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ketiga dosen tersebut, Kepala Unit Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP3M), Prof. Dr. Romanus Wilopo, Ketua STIE Perbanas Surabaya Prof. Tatik Suryani, dan Kepala Unit Pendidikan, Kepala Laboratorium Bahasa Dr. Djuwari. Mereka mendapat penghargaan dalam Asian Conference Proceedings and Book of Abstracts oleh International Association of Multidisiplinary Research (IAMURE), sebagai para pemberi kontribusi di bidang penelitian internasional pada acara yang dihelat 28-30 Mei 2012 lalu.

"Kami sangat bersyukur dengan penghargaan ini, karena acara ini diikuti puluhan negara dari berbagai belahan dunia," kata Ketua STIE Perbanas Surabaya Prof. Tatik Suryani, kemarin. 

Tatik mendapatkan penghargaan Asia’s Model President in Higher Education, yaitu sebagai tokoh yang menginisiasi kegiatan-kegiatan riset multidisipliner. Sedangkan Romanus Wilopo untuk penghargaan Outstanding Asian Research Leaders, serta Dr. Djuwari untuk Outstanding Asian Researchers.

Tatik menjelaskan, IAMURE ini beranggotakan 22 negara, dan acara kemarin dihadiri 20 negara. Mereka mendapatkan penghargaan melalui penilaian dari tim juri. "Yang dinilai itu antara lain tentang banyaknya aktivitas sebagai editor di jurnal ilmiah internasional, dan banyaknya karya riset yang dikutip oleh periset lain," terangnya.

Selain itu, dia pun tercatat sebagai Vice President for Asia IAMERU 2011-2013. Sebagai pengurus lembaga riset, dia mengaku tiap tahun harus punya karya riset baru minimal satu hingga dua judul. Baginya, hal itu sangat penting untuk memacu kompetensinya. Romanus Wilopo mengungkapkan, penghargaan ini sangat penting bagi dirinya. Bahkan, kini dia pun terus mendorong para dosen di STIE Perbanas tidak hanya aktif mengajar, namun juga melakukan penelitian dan mempresentasikan penelitiannya tersebut di forum- forum internasional.

"Saya melihat budaya meneliti masih rendah di Asia. Nah, karena itu kita memberikan dorongan untuk aktif meneliti dan ternyata mendapat dukungan dari Prof. Tatik," tuturnya. 

Dalam karya risetnya, Wilopo mengangkat tema tentang bagaimana meningkatkan dan mengembangkan budaya meneliti di Asia Tenggara dengan studi kasus di Indonesia. Menurutnya, negara yang maju seharusnya punya riset yang maju. Sebab, salah satu yang menjadi perhatiannya untuk meneliti adalah akuntansi forensik. Pihaknya pun sedang membentuk lembaga pusat penelitian dan pencegahan kejahatan kerah putih. Lembaga ini, berfungsi mencegah terjadinya korupsi. Untuk itu, lembaga tersebut bekerjasama dengan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).

"Lembaga ini bekerja dengan institusi lain. Tidak bisa jalan sendiri. Makanya kami kerjasama dengan PPATK," terangnya. Kejahatan tersebut merupakan perbuatan menggunakan uang negara dengan cara halus. Jika persoalan-persoalan ini tidak bisa dituntaskan, maka uang negara tetap akan hilang dengan cara yang tak kentara. Untuk itu, lembaga pemantau kejahatan ini harus ditingkatkan supaya penjahat kerah putih tidak bisa seenaknya mempermainkan uang negara

 
Picture

JAKARTA - Sebanyak enam orang mahasiswa School of Computer Science Universitas Bina Nusantara (Binus) terpilih menjadi Google Student Ambassador wilayah Asia Tenggara. Dengan jumlah ini, Binus merupakan salah satu kampus yang memiliki Google Ambassador terbanyak.

Keenam mahasiswa dan mahasiswa tersebut, yaitu Krishna Nugraha Anindita Ricky Adisaputra, Hengky Sucanda, Vivi Siska, Cassandra Liem, Rheza Aditya Pratama, dan Janet Valentina yang berhasil mendapat kesempatan itu. Bersama 30 mahasiswa lainnya, dari Asia Tenggara, mereka menjadi duta Google bagi kampus dan negaranya. Para Google Ambassador ini mengemban beberapa kewajiban. Di antaranya, membantu memahami produk dan program yang dicanangkan oleh Google, membuat kegiatan di masing-masing kampus, bertindak sebagai kontak dari Google untuk perguruan tinggi yang diwakili, serta membantu Google untuk lebih mengenal masing-masing perguruan tinggi.

Selain melakukan beberapa kewajiban, para Google Student Ambassador ini akan berkesempatan mendapat pelatihan dalam berbagai bidang, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, dan tentunya kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan duta Google lainnya di seluruh dunia. Keuntungan lain yang dapat diperoleh para Google Ambassador ini adalah peluang untuk melakukan magang atau kerja praktik di Google. Indonesia mengirimkan wakilnya bersama dengan negara Asia Pasifik lainnya yakni Singapura, Korea, Jepang, India, Australia, serta China.

“Tahun ini merupakan tahun pertama diselenggarakannya Google Ambassador di Indonesia dan kami sangat merasa bangga dan terhormat bahwa Binus menjadi salah satu perguruan tinggi dari Indonesia yang terpilih,” ujar Deputy Head of Computer Science School Binus Michael Yoseph, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (5/6/2012).

Pemilihan Google Ambassador ini terbagi dalam dua tahap. Seleksi tahap pertama dilakukan oleh Binus di mana para peserta harus menghadapi tiga tahapan, yaitu seleksi profil melalui nilai dan pengalaman, tes wawancara, dan presentasi. Sekira 100 mahasiswa Binus mendaftar untuk mengikuti program ini, kemudian dipilih menjadi 30 besar. Setelah terpilih 30 besar peserta disaring lagi menjadi 10 besar. Peserta-peserta yang mengikuti tahap ini harus memberikan materi presentasi mengenai apa saja yang akan mereka lakukan nantinya apabila menjadi Google Ambassador.

Mereka yang lolos akan masuk seleksi tahap kedua yang dilakukan oleh pihak Google. Penilaian pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan melalui email kepada peserta seputar visi dan misi mereka saat terpilih menjadi Google Ambassador nantinya. Setelah melewati seleksi yang berlangsung selama tiga bulan, terpilihlah enam orang Google Ambassador untuk Asia Tenggara dari Binus. 

Keenam peserta Google Ambassador akan menghadiri Kick Off Ambasador Summit yang akan berlangsung pada 10-12 Juli 2012 di Google Singapura. Peserta akan mendapat pelatihan untuk menjadi duta Google di Indonesia dan Binus. Kegiatan ini bertujuan menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan Google Ambassador dari Asia Tenggara serta untuk mempelajari berbagai produk dan program Google. 

“Terpilihnya enam mahasiswa menjadi Google Ambassador ini diharapkan dapat meningkatkan brand awareness untuk Binus. Sedangkan untuk mahasiswa dapat memupuk semangat serta menjadi lebih termotivasi dalam berprestasi dan berinovasi,” tutur Michael.(mrg)(rhs)